JAVANETWORK.CO.ID.SUMENEP – Ketua Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Cabang Sumenep Dr. KH. Zamzani Sabiq, MPsi menjadi salah satu pembicara di Halaqah Pesantren Ramah Anak (PRA) digelar oleh Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Sumenep, Selasa (30/04/2024).
Kegiatan tersebut terselenggara berkat kerja sama antara Kemenag bersama Rabithah Ma’ahid Islamiyah PCNU Sumenep bertempat di Aula Kemenag setempat bertemakan “Revitalisasi Peran Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan dan Lembaga Pengasuhan yang Ramah Anak”.
Dalam kesempatan itu, Ketua Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Cabang Sumenep, Dr. KH. Zamzani Sabiq, MPsi memaparkan bahaya bullying di pesantren yang sudah tentu akan berdampak pada perkembangan fisik dan psikologis para santri.
“Bullying yang pasti akan berdampak negatif kepada korban. Diantaranya kesakitan fisik dan psikologis, kepercayaan diri merosot, takut sekolah, menderita ketakutan sosial, ada keinginan bunuh diri dan alami gangguan jiwa. Selain itu korban akan malu, trauma, merasa sendiri dan serba salah,” papar Dr. KH. Zamzani Sabiq MPsi.
Oleh karena itu, kata Ketua HIMPSI Sumenep meminta kepada semua pengurus pesantren agar mendeteksi tindakan bullying sejak dini kemudian berikan peraturan yang sangat tegas terkait bullying.
“Dan selain itu berikan pengajaran agar para santri yang menjadi korban bullying untuk berani melawan atau melaporkan kepada pihak pesantren,” imbuhnya.
Lebih jauh, salah satu pengasuh Ponpes Nasyrul Ulum Aeng Dake Bluto itu menyebut ada 4 jenis bullying yang sering dilakukan oleh pelaku bullying.
“Pertama verbal, seperti berupa sebutan julukan nama, celaan, fitnah, kritikan kejam, penghinaan. Kedua bullying fisik seperti memukul, menendang, menampar, mencekik serta merusak barang milik korban,” lanjutnya.
Bullying yang ketiga kata Ketua HIMPSI Sumenep adalah bullying sosial seperti pengabaian dan pengucilan korban bullying di lingkungan sosial, sedangkan yang keempat bullying cyber yang dilakukan melalui sarana elektronik.
“Untuk itu. Marilah kita harus mulai konsen dan komitmen terhadap pencegahan perilaku bullying terhadap santri agar pesantren yang ramah anak bisa semakin dirasakan oleh para santri dan masyarakat,” pungkasnya. (REDJAVA****)