JAVANETWORK.CO.ID.SUMENEP – Keheningan menyelimuti Masjid Polres Sumenep. Deretan personel kepolisian, ASN, dan masyarakat berdiri dalam barisan sholat ghaib, menundukkan kepala dalam doa yang khusyuk.
Air mata tak tertahan. Di tengah lantunan doa, hanya satu harapan yang dipanjatkan: semoga para pahlawan yang gugur dalam tugas mendapat tempat terbaik di sisi-Nya.
Hari itu, Selasa, 18 Maret 2025, bukan sekadar ritual ibadah biasa. Itu adalah perwujudan duka mendalam dan penghormatan bagi tiga Bhayangkara terbaik yang gugur saat bertugas di Way Kanan, Lampung.
Mereka adalah Iptu Lusyanto, S.H. (Kapolsek Negara Batin), Bripka Petrus Apriliyanto, dan Bripda M. Ghalib Surya Gant, S.H.
Ketiga anggota Polri ini mengembuskan napas terakhir dalam misi menegakkan hukum, membubarkan praktik sabung ayam ilegal di Kabupaten Way Kanan.
Namun, tugas suci itu berujung tragis. Mereka gugur sebagai kesatria yang mempertahankan ketertiban dan keadilan di negeri ini.
Kapolres Sumenep, AKBP Henri Noveri Santoso, berdiri di barisan terdepan, wajahnya tegar meski sorot matanya menyiratkan kehilangan.
Dalam suaranya yang berat, ia mengungkapkan duka yang tak terkatakan.
“Kami kehilangan saudara terbaik. Mereka bukan sekadar anggota Polri, mereka adalah anak bangsa yang rela mengorbankan nyawa demi keamanan masyarakat. Semoga mereka mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan, dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan,” ujar Kapolres Sumenep.
Usai sholat ghaib, doa bersama digelar. Para hadirin menengadahkan tangan, menyebut nama-nama para pejuang yang kini telah kembali ke pangkuan Ilahi.
Langit Sumenep seolah turut bersedih, sejuk angin yang berembus seakan membawa pesan kehilangan yang begitu mendalam.
Tragedi ini menjadi pengingat bahwa di balik seragam cokelat Polri, ada manusia dengan jiwa pengabdian yang luar biasa.
“Mereka bukan hanya penjaga keamanan, tetapi juga benteng terakhir dalam menegakkan hukum,” ujngkapnya.
Polres Sumenep mengajak masyarakat untuk lebih menghargai dan mendukung peran kepolisian dalam menjaga keamanan dan ketertiban.
“Sebab, keamanan bukan hanya tanggung jawab aparat, tetapi juga hasil dari kebersamaan antara rakyat dan negara,” pungkasnya.
Sholat ghaib ini bukan sekadar ritual keagamaan, melainkan simbol cinta dan penghormatan untuk mereka yang telah pergi dalam tugas mulia.
Hari ini, duka menyelimuti keluarga besar Polri. Namun, pengabdian mereka tidak akan sia-sia.
Karena sejatinya, pahlawan tidak pernah mati. Mereka hanya berpulang lebih dahulu, meninggalkan jejak keberanian yang akan selalu dikenang dalam sejarah negeri ini. (REDJAVA/Humas****)