Gunung Semeru kembali mengalami erupsi pada Sabtu lalu. Setahun sebelumnya, tepatnya pada 1 Desember 2020 gunung ini juga pernah meletus yang diikuti guguran awan panas dari puncak. Meletusnya gunung tertinggi di pulau Jawa ini membuat keadaan di sekitarnya diselimuti asap tebal. Diam-diam asam ini bisa memicu berbagai masalah pada sistem pernapasan
Javanetwork.co.id – Selain terletak di antara dua benua dan dua samudra, Indonesia juga terletak di antara ring of fire (cincin api Pasifik) yang mbentang dari Nusa Tenggara, Bali, Jawa, Sumatra, Himalaya, hingga ke Mediterania. Inilah sebabnya di negara kita banyak gunung berapi aktif yang bisa meletus sewaktu-waktu.
Peristiwa terbaru datang dari gunung tertinggi di pulau Jawa, Semeru. Gunung Semeru meletus pada Sabtu (4/12/2021) dini hari. Letusan tersebut membuat masyarakat sekitar terpaksa meninggalkan rumah menuju lokasi aman.
Pertanyaannya, apa sih dampak dari letusan gunung berapi yang mengeluarkan abu vulkanik? Hati-hati, bahaya abu vulkanik bisa menimbulkan beragam masalah bagi kesehatan tubuh kita, lho.
1. Gangguan Pernapasan Akut
Ada studi menarik yang bisa kita simak mengenai bahaya abu vulkanik bagi kesehatan tubuh. Studi yang meneliti meletusnya gunung Eyjafjallajökull di Islandia tersebut berjudul “Respiratory health effects of volcanic ash with special reference to Iceland. A review”.
Menurut studi tersebut, dampak abu vulkanik bagi kesehatan tubuh (akut dan kronis) bergantung pada ukuran partikel (seberapa banyak yang terhirup), komposisi mineralogi (kandungan silika kristal), dan sifat fisika-kimia permukaan dari partikel abu vulkanik.
Artinya, dampak letusan gunung berapi bagi kesehatan tubuh bisa berbeda-beda. Akan tetapi, umumnya dampak abu vulkanik bagi kesehatan berkaitan dengan gangguan pernapasan akut seperti bronkitis atau asma.
Tak cuma itu saja, eksaserbasi paru-paru dan penyakit jantung yang sudah ada sebelumnya sering terjadi setelah menghirup abu vulkanik. Meski begitu, tidak ditemukan efek jangka panjang pada fungsi paru-paru setelah terpapar abu vulkanik.
Selain asma dan bronkitis, menurut ahli di National Institutes of Health (NIH) dampak abu vulkanik bagi kesehatan juga bisa memicu penyakit penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), emfisema, dan penyakit paru-paru jangka panjang (kronis) lainnya.
Nah, gejala paparan abu vulkanik meliputi, Masalah pernapasan seperti, sesak napas, Batuk, Gejala mirip flu, Sakit kepala, Lemas atau kurang berenergi
Produksi lendir meningkat, Sakit, tenggorokan dan Mata berair dan iritasi.
2.Silikosis, Fatal bagi Paru-Paru
Masih menurut studi di atas, ada kekhawatiran tentang risiko jangka panjang silikosis akibat paparan kronis abu vulkanik. Silikosis merupakan kondisi berlebihnya silika di dalam tubuh, akibat terlalu banyak menghirup debu silika dalam jangka waktu yang lama.
Sudah tahu apa saja yang akan menyebur dan terbang di udara ketika gunung api meletus? Di peristiwa ini gunung berapi akan mengeluarkan gas seperti sulfurdioksida (S02), hidrogen sulfida (H2S), karbonmonoksida (CO), nitrogen (NO2), dan karbondioksida (CO2). Nah, zat-zat ini yang membahayakan kesehatan manusia bila terpapar dalam jumlah yang berlebih.
Sementara itu, kandungan abu vulkanik lain lagi ceritanya. Abunya mengandung mineral kuarsa, kristobalit, atau tridimit. Zat ini adalah kristal silika bebas atau silikon dioksida (SiO2) yang bisa menyebabkan penyakit paru yang fatal atau silikosis. Abu silikosis sangat halus dan menyerupai pecahan kaca.
Hati-hati, penyakit yang umumnya terjadi pada pekerja tambang ini amat berbahaya. Pengidapnya bisa mengalami keluhan seperti batuk, sesak napas, penurunan berat badan, hingga mengi dengan dahak yang berlebihan.
Menurut ahli di NIH, komplikasi silikosis tidak main-main, yaitu:
Penyakit jaringan ikat, termasuk rheumatoid arthritis, scleroderma (juga disebut sklerosis sistemik progresif), dan lupus eritematosus sistemik.
Kanker paru-paru.
Fibrosis masif progresif.
Kegagalan pernapasan.
Tuberkulosis.
3. Lampu Kuning Bagi Bayi dan Lansia
Terdapat beberapa kelompok yang cukup rentan terhadap paparan abu vulkanik. Menurut ahli di NIH, gas dan abu vulkanik berpotensi merusak paru-paru bayi, lansia, dan mereka yang mengidap penyakit pernapasan parah. Bahaya abu vulkanik juga dapat memengaruhi orang yang jaraknya ratusan kilometer dari lokasi letusan.
4. Iritasi dan Alergi
Menurut ahli di National Health Service (NIH) UK, selain memengaruhi pernapasan, bahaya abu vulkanik juga bisa menyebabkan iritasi pada mata dan kulit. Tingkat keparahan masalah ini dipengaruhi oleh konsentrasi abu, lamanya paparan abu, seberapa halus partikel abu dan terbuat dari apa abu tersebut.
Abu vulkanik yang keluar saat gunung berapi meletus terdiri dari beragam kandungan. Mulai dari silika, mineral, dan bebatuan. Nah, unsur yang paling umum seperti natrium, kalsium, kalium, magnesium, flourida, sulfat, dan klorida. Ingat, bahan-bahan tersebut bersifat asam yang bisa menimbulkan iritasi.
Selain bersifat asam abu vulkanik juga terdiri dari bermacam debu, partikel, dan pollen yang bisa menimbulkan alergi. Bahaya abu vulkanik pada seseorang yang berbakat alergi, bisa meningkatkan risiko mengalami alergi bila terpapar bahan-bahan tersebut. (*)