JAVANETWORK.CO.ID.JOMBANG – Ketika moral remaja mulai pudar, siapa yang harus disalahkan? Kasus yang melibatkan dua pelajar SMA Negeri 2 Jombang, yang terlibat dalam perbuatan asusila di sebuah coffeeshop, kembali memicu perdebatan serius tentang dampak buruk kenakalan remaja di masyarakat. Perilaku yang seharusnya terjadi di ranah pribadi, kini dengan terang-terangan tercermin di ruang publik, merusak kehormatan keluarga dan nama baik sekolah.
Mustika (16), pelajar kelas X-3, dan R (16), teman sebayanya, kedapatan bermesraan di kawasan Jl. Jayabaya, tempat yang penuh dengan pengunjung, mencoreng wajah Jombang sebagai kota yang selama ini dikenal dengan nilai-nilai kesopanan dan kebaikan. Perilaku mereka yang tak terpuji ini tak hanya memalukan, tetapi juga mengguncang hati warga, yang khawatir akan masa depan generasi muda.
“Kami sangat prihatin. Ini bukan hanya masalah pribadi, tetapi juga masalah sosial yang lebih besar. Kelakuan dua remaja ini sangat mencoreng nama baik keluarga dan sekolah,” ujar Siswo Rudianto, seorang tokoh masyarakat yang terkejut dengan insiden ini, Minggu (19/1/2025).
Menurut Rudianto, peran orang tua dan sekolah dalam membimbing remaja harus diperkuat. Tanpa pengawasan yang memadai, remaja seperti Mustika dan R mudah terjerumus dalam perilaku yang jauh dari harapan. Ia juga mengingatkan bahwa orang tua adalah figur yang paling berpengaruh dalam membentuk karakter anak-anak mereka.
“Orang tua harus lebih aktif dalam mendidik dan mengawasi perkembangan anak. Peran mereka sangat krusial dalam membentuk moral remaja. Begitu juga sekolah, sebagai tempat kedua bagi anak-anak kita, harus memberikan pendidikan karakter yang lebih tegas,” tambahnya.
Rudianto menegaskan bahwa kerjasama yang lebih erat antara orang tua dan sekolah sangat diperlukan untuk mencegah kenakalan remaja yang semakin meluas. Dalam hal ini, pihak sekolah dan orang tua harus saling mendukung dengan berbagi informasi dan merancang program-program yang bertujuan mengedukasi para remaja agar tidak terjerumus ke dalam perilaku yang merusak.
“Melalui pendekatan yang lebih komprehensif, orang tua dan sekolah dapat bersama-sama memberikan bimbingan yang lebih intensif kepada remaja, mencegah mereka terjebak dalam kenakalan yang semakin meresahkan,” pungkasnya. (REDJAVA/ABAH****)