Bupati Fauzi Akui Batik Tulis Canteng Koneng Tembus Pasar Luar Negeri

  • Whatsapp
Bupati Achmad Fauzi Wongsojudo Saat Mengunjungi Sentra UMKM Batik Canteng Koneng
banner 468x60

JAVANETWORK.CO.ID.SUMENEP – Batik merupakan salah satu produk Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) unggulan yang dimiliki Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur batik Canteng Koning sudah tembus pasar luar negeri.

Karya hasil tangan kreatif pemuda yang memiliki sejuta imajinasi yang sangat baik, sehingga produk batik tulis laku terjual dikancah internasional.

Bacaan Lainnya

banner 468x60

Batik bercorak khas Sumenep ini diproduksi dengan kualitas serta motif batik tulis yang tercipta sesuai dengan perkembangan zaman dan dipadukan corak dan motif leluhur terdahulu.

Batik Canteng Koneng ini dirintis sejak tahun 2011 silam oleh Didik Haryanto, beralamat di Jalan Kartini, Gang II, Nomor 1, Desa Pangarangan, Kota Sumenep, Kabupaten Madura Jawa Timur.

Menurut Didik Hariyanto, pria yang akrab disapa Didik Cako ini, awal bergelut di dunia membatik banyak sekali tantangan dan rintangan yang harus dilewati. Namun, hal itu tak membuatnya surut. Perlahan tapi pasti, kata dia, hasil karya sederhana itu akhirnya membuahkan hasil setelah mendapat respon positif dari pemerintah daerah.

“Banyak yang kita lakukan, pertama kita memanggil mereka yang ingin bekerja, kita ajari mereka kita bayar mereka, kedua kita juga aktif dengan pemerintah untuk memberikan pelatihan,” kata Didik Cako, Senin, (27/5/2024).

Lanjut Didik mengungkapkan, seiring dengan berkembangnya jumlah pesanan kini sudah mulai banyak beberapa lembaga untuk melakukan studi banding dengan tujuan agar bisa mengetahui cara menghasilkan batik yang baik dan berkualitas.

“Sampai detik ini kita selalu terbuka, dan selalu memberikan edukasi yang terbaik bagi meraka,” jelasnya.

Produk batik tulis Canteng Koneng sudah merambah antar provinsi, bahkan kemarin tampil acara-acara besar, ini menandakan bahwa batik Sumenep tidak kalah kualitas, mutu dan modelnya dengan beberapa batik yang sudah memiliki brand di kota lain.

“Dalam satu bulan batik terjual 100 sampai 200 Potong. Sedangkan harganya dari 600 ribu hingga 4 juta,” ujarnya.

“Ini menjadi salah satu produk UMKM yang harus kita dukung. Bahkan bisa diekspor sebagai salah satu produk kearifan lokal yang harus dipertahankan,” ungkapnya lagi.

Sementara itu, Bupati Sumenep Achmad Fauzi Wongsojudo menyampaikan, jika para pembatik di Kabupaten Sumenep mengalami kemajuan yang sangat luar biasa dengan dimotori oleh Batik Tulis Canteng Koneng.

Selama ini para pengrajin Batik Tulis Khas Sumenep akan selalu diberdayakan serta disejahterakan demi menjaga kelestarian budaya Bangsa.

“Untuk menjaga kelestarian budaya bangsa kami akan terus meningkatkan kesejahteraan para pengrajin, dan kami terus mencetak para pengrajin batik tulis yang muda di Kabupaten Sumenep ini,” paparnya.

Melihat perkembangan batik, ia pun sangat mengapresiasi para pembatik di Sumenep, khususnya yang masih muda-muda, karena terus berkarya dan terus semangat untuk meningkatkan karya seninya.

Kata bupati, jika pengrajin batik tulis di Sumenep saat ini rata-rata anak muda, dan hal itu menurutnya perlu mendapatkan support penuh, lantaran karya batiknya saat ini telah dipakai oleh kalangan pejabat tingkat daerah, Provinsi hingga dipakai Presiden Republik Indonesia (RI).

“Batik pola yang seperti ini sudah banyak di pakai oleh para menteri, Pejabat BUMN, Pengusaha, Gubernur dan Wakil Gubernur, di beberapa daerah di indonesia, bahkan Presiden. Ini batik generasi muda dan rata-rata yang membatik kalangan pemuda,” imbuhnya.

Di samping itu, Politisi PDI Perjuangan ini juga menjelaskan, bahwa ada dua generasi pengrajin batik tulis khas Sumenep.

“Kita ada dua generasi pembatik, pertama pembatik pola di Pakandangan generasi tua generasi legendaris, dan kita ada batik pola yang membatik adalah generasi-generasi muda semua,” tuturnya.

Untuk itu, Suami Nia Kurnia Fauzi ini kemudian mengajak seluruh awak media untuk memberitahukan kepada khalayak ramai bahwa di Sumenep ada mahakarya Batik Tulis dan yang pembatiknya rata-rata adalah pemuda.

“Ini yang teman-teman media perlu sampaikan ke publik, biar semua tahu bahwa di Sumenep ini ada karya batik yang pembatiknya rata-rata usianya 25 tahun ke bawah,” pungkasnya. (REDJAVA****)

banner 468x60

Pos terkait

banner 468x60

Tinggalkan Balasan