JAVANETWORK.CO.ID.BLORA – Liputan langsung Seni Barong Singo Ronggo Putro desa Gadu kecamatan Sambong kabupaten Blora Jawa Tengah, pada 16/4/2022.
Seperti yang di katakan Kepala Desa Gadu, Andik Subeno kepada media mengatakan, “Selain produk UMKM, kearifan lokal dari Desa Gadu yang sekarang masih di budidayakan, dan di lestarikan, yaitu berupa kesenian barong dan tradisi desa, dimana masyarakat masih percaya akan hal tersebut.
Adapun tradisi desa Gadu yaitu berupa sedekah bumi, yang diadakan setahun sekali sehabis panen, yang mempunyai arti, rasa bersyukur atas limpahan dan berkah panen yang di berikan oleh sang Maha Pencipta.
Acara tersebut, di selenggarakan di bawah pohon beringin yang dianggap keramat, tepatnya di balai desa Gadu, dengan diiringi kesenian Tayub.
Tradisi berikutnya, yaitu Bojo Kendit, yang artinya, seekor kambing yang ada tandanya, untuk di potong, sebelum di potong kambing terus diarak mengelilingi pohon beringin terlebih dahulu, dan kepalanya nanti akan di kubur di bawah pohon beringin, sedangkan badannya di masak di balai desa untuk syukuran masyarakat desa Gadu.
Jika ada pengantin suami istri satu desa, wajib mengelilingi pohon tersebut sebanyak 3x, dan biasanya dengan diiringi Seni Barong”. Jelasnya.
Selain tradisi, ada pula kesenian dan ketrampilan dari pemuda desa Gadu, yaitu berupa Seni Barong, yang bernama “SINGO RONGGO PUTRO”
Yang di pimpin oleh Adimas Karji, dan kepada media mengatakan, “Seni Barong tersebut berdiri tahun 2016, dan mendapatkan ijin tahun 2017, yang beralamat di desa Gadu kecamatan Sambong kabupaten Blora Jawa Tengah
Tarif sekali maen pun berbeda beda, tergantung permintaan sang penyewa, ada 4,5 jt – 7 jt.
Bahkan ada pula yang memesan komplit, hingga dekorasi manten, sound system, peralatan kerawitan, dan barong itu sendiri, biayanya sekitar 17 – 20 jt, tapi mereka bekerja sama dengan pemilik dekor manten, sound system hingga peralatan kerawitan.
Sejarah berdirinya grup seni barong “SINGO RONGGO PUTRO” yaitu dari pengalaman sang Ayah yang dulunya juga ikut anggota barong di Desa Gadu, hingga akhirnya sampai menjual kerbau demi ingin mendirikan Grup Seni Barong.
Di awal pembelian peralatan gamelan, mereka sempat di tipu salah seorang, dan alat tersebut tidak layak di pakai, dan akhirnya saya merintis lagi tuk mengumpulkan perlatan barong dikit demi dikit.
Bahkan dari anggota barong tesebur ada yang membawa peralatan sendiri.
Pengalaman selama pementasan, yang pasti mereka senang akan kesenian, untuk masalah honor walaupun kecil, tapi bisa berkumpul bareng bareng sama teman.
Harapan kedepannya yaitu, pengin memiliki peralatan barongan yang komplit, supaya tidak menyewa lagi.
Dan harapannya supaya pemerintah setempat agar bisa membantu kesenian barong ini, agar supaya bisa lebih berkembang dan bisa buat beli alat gamelan, serta beli seragam buat anggota seni barong “SINGO RONGGO PUTRO”. Ungkapnya. (TIM PPI)